Pencak
silat atau silat adalah suatu seni bela
diri yang berasal dari Asia Tenggara.
Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia,
Malaysia,
Brunei,
dan Singapura,
Filipina
selatan, dan Thailand
selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu nusantara. Berkat peranan
para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam
juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di
Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara
adalah Persekutuan
Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan
nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya
belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan
berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak,[rujukan?] misalnya seperti dalam
tradisi suku Nias
yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Tradisi silat diturunkan secara
lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga
catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat
dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain.
Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek)
diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi
pada abad ke-11.[1]
Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke
seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat
mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan
yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah
umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Si Pitung,[rujukan?] Hang Tuah,[2]
dan Gajah Mada.[rujukan?]
Peneliti silat Donald F. Draeger
berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai
artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada
pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi
Prambanan dan Borobudur.[rujukan?] Dalam bukunya, Draeger
menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan
hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang
terkait erat dengan kebudayaan Indonesia.[rujukan?] Sementara itu Sheikh
Shamsuddin (2005)[3]
berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini
karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan
yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara
lainnya. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya
banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama pada abad ke-14
di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran
agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. [3]
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian
dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.[2]
Silat saat ini telah diakui sebagai
budaya suku Melayu
dalam pengertian yang luas,[4]
yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera
dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok
etnik lainnya yang menggunakan lingua franca
bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali,
Kalimantan,
Sulawesi,
dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa
organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di
Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara
resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak Silat sebagai bagian dari
kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat
Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta
perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk
oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan
corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat
merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil
budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan
mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah
dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang
lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok
latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat
ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan
hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan
pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas
dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum zaman
penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum
penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai
peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang
maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat
dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di
zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi,
merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan
hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan
pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang
membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus.
Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan
lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan
pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan
kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan
diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan
yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama
Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga
basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah,
bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem
pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada
zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang
berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup
bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan
perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang
berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri
diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan
kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar
kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi
dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan.
Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau
kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada
suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri
tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan
Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada
pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang
diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu
Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan
mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran
Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa
serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta
pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga
berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga
pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena
khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan
kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita,
tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi
demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan
yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan
mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam
masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada
Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda
Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para
pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau
secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan
nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang
dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan
Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta
terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan
aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan
program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di
sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada
periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang
mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak
Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah
dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama
Pencak Silat yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di
Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya
digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata
pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian
gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar,
latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak
bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna
keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari
bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur
olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya
yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya
manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan
integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk
mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran
kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan
pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya
kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat
sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut
dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi
pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat
mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam
sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna
mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah
bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik
yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang
merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus
menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara
wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia
Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali
tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua
belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di
Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela
diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta
aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan,
tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari
segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu
sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani.
Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak
maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan
unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum
dibagi dalam intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu,
Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat
telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang
dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari
pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program
olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang
telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga
prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai
olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969,
dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat
pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama
kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula.
Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur
yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat.
Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus
menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang
penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat
telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis,
Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia
Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional
bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah
perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820
perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu
adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita.
Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan
pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam
mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus
menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis
pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan
bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan
yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada
dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan
saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau
dipanggung dan dilapisi matras dengan tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan
tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9
meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi
empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran
dalam bidang gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga
dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan
permukaan gelanggang. Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan
garis tengah 2 m selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai
pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda
garis lurus pada garis tengah lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi
bujur sangkar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada
sudut bujur sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga.
Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed
dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian
Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3
golongan :
- Golongan remaja berumur di atas 14
s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi
dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3
babak yang setiap babak terdiri dari 2 menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya
diberikan waktu istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan
tidak termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh
karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran
perkenaan adalah bagian tubuh kecuali leher ke atas dan kemaluan yaitu dada,
perut, punggung dan pinggang kiri serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat
dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai
nilai sebagai sasaran perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu)
orang wasit dan dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
KONI Pusat
National Olympic Committee of Indonesia
National Olympic Committee of Indonesia
Standar Kompetensi :
Mempraktikkan keterampilan permainan
olahraga dengan peraturan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar :
6.4 Mempraktikkan
keterampilan bela diri secara berpasangan dengan menggunakan peraturan yang
sebenarnya serta nilai kerjasama, kejujuran, menerima kekalahan, kerja keras,
dan percaya diri
Teknik Serangan Kaki
•
Tendangan
a. Tendangan Lurus
Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan
dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya pangkal jari-jar
bagian dalam, dengan sasaran ulu hati dan dagu.
b. Tendangan Tusuk
Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan
dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya ujung jari-jari kaki,
dengan sasaran kemaluan dan ulu hati.
c. Tendangan Kepret
Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan
dengan posisi badan mengahadap ke depan, dengan kenaannya punggung kaki, dengan
sasaran kemaluan.
d. Tendangan Jejag
Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasan ke arah depan
dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya telapak kaki penuh,
sifatnya mendorong, dengan sasaran dada.
e. Tendangan Gajul
Serangan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan
posisi badan menghadap ke depan, kenaannya tumit dari arah bawah ke atas,
dengan sasaran dagu dan ulu hati.
f. Tendangan T
Serangan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus ke depan dan
kenaannya pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki, posisi lurus,
biasanya digunakan untuk serangan samping, dengan sasaran seluruh bagian tubuh.
g.
Tendangan Celorong
Tendangan T dengan posisi merebahkan badan dengan sasaran lutut dan kemaluan
h.
Tendangan Belakang
Tendangan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke belakang tubuh
(membelakangi lawan), dengan sasaran seluruh bagian tubuh
i.
Tendangan Kuda
Tendangan dua kaki menutup atau membuka, lintasannya lurus ke belakang tubuh,
dengan sasaran seluruh bagian tubuh
j.
Tendangan Taji
Tendangan dengan sebelah dan tungkai, dengan kenaan tumit yang lintasannya ke
arah belakang dengan sasaran kemaluan
k.
Tendangan Sabit
Tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke dalam dengan sasaran seluruh
bagian tubuh, dengan punggung telapak atau jari telapak kaki.
l.
Tendangan Baling
Tendangan melingkar ke arah luar dengan kenaannya tumit luar dan posisi tubuh
berputar.
m. Hentak Bawah
Serangan menggunakan telapak kaki menghadap keluar, dilaksanakan dengan posisi
badan direbahkan, bertujuan untuk mematahkan persendian kaki.
n.
Gejig
Serangan yang menggunakan sebelah kaki, dengan tujuan mematahkan.
2. Sapuan
Sapuan dibedakan
menjadi empat jenis berikut ini :
a. Sapuan Tegak
Serangan menyapu kaki dengan kenaannya telapak kai ke arah bawah mata kaki,
lintasannya dari luar ke dalam, bertujuan menjatuhkan.
b. Sapuan Rebah
Serangan menyapu kaki dengan cara merebahkan diri bertujuan menjatuhkan, bisa
dengan sampuan rebah belakang.
c. Sabetan
Serangan menjatuhkan lawan dengan kenaan tulang kering ke sasaran betis dengan
lintasan dari luar ke dalam
d. Beset
Serangan menjatuhkan lawan dengan alat penyasar betis.
3. Dengkulan
Dengkulan adalah serangan yang menggunakan lutut/dengkul sebagai alat
penyerangan, dengan sasaran kemaluan, dada, dan pinggang belakang. Dengkulan
terdiri atas tiga jenis.
a. Dengkulan
depan
Serangan dengan dengkulan, lintasan dari atas ke
bawah, dengan sasaran dada dan kemalua.
b. Dengkulan
samping dalam
Lintasannya seperti busur dari luar ke dalam dengan sasaran ke arah dada.
c. Dengkulan
Samping Luar
Lintasan dari dalam kke luar, dengan sasaran perut
4. Guntingan
Guntingan adalah teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menjepit kedua
tungkai kaki pada sasaran leher, pinggang, atau tungkai lawan sehingga lawan
jatuh. Guntingan dibedakan menjadi guntingan luar dan guntingan dalam.
B. Peraturan Pertandingan Pencak
Silat
Dalam praktik di lapangan, pesilat dari suatu perguruan dengan teknik bela diri
bagus belum tentu menjadi pemenang dalam pertandingan pencak silat kategori
tanding. Salah satu faktor penyebabnya adalah atlet dan pelatih kurang
menguasai peraturan pertandingan sehingga ia kecolongan dalam
pengumpulan nilai atau didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran berat,
misalnya menyerang daerah terlarang.
Hal seperti ini yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman antara
pesilat/pelatih dengan wasit/ juri. Sering terjadi pesilat mengajukan protes
karena merasa yakin bahwa seharusnya ia yang menang, sedangkan juri menyatakan
ia kalah. Peristiwa ini sebenarnya dapat dihindari jika semua pihak di kalangan
persilatan memahami sekali peraturan pertandingan pencak silat yang berlaku.
•
Penggolongan Pertandingan dan Ketentuan tentang Umur.
Berikut ini
penggolongan pertandingan pencak silat menurut umur dan jenis kelamin untuk
semua kategori.
a.
Pertandingan Golongan Remaja untuk Putra dan Putri, Berumur di atas 14
tahun s/d 17 tahun
b.
Penggolongan Golongan Dewasa
untuk Putra dan Putri, berumur di atas 17 tahun s/d 35 tahun
2. Kategori dan Kelas Pertandingan
Remaja
Berikut ini kategori dan kelas pertandingan untuk remaja nomor tanding
putra/putri.
a.
Kelas
A
39 kg s/d 42 kg
b.
Kelas B di atas 42 kg s/d 45 kg
c.
Kelas C di atas 45 kg s/d 48 kg
d.
Kelas D di atas 48 kg s/d 51 kg
e.
Kelas E di atas 51 kg s/d 54 kg
f. Kelas F di atas 54 kg s/d 57 kg
g.
Kelas G di atas 57 kg s/d 60 kg
h.
Kelas H di atas 60 kg s/d 63 kg
i. Kelas I di atas 63 kg s/d 66 kg
Demikian seterusnya dengan selisih 3 kg sebanyak-banyaknya12 kelas untuk putra
dan 8 kelas untuk putri.
3. Kategori dan Kelas Pertandingan
Dewasa
Berikut ini
kategori dan kelas pertandingan untuk remaja nomor tanding putra/putri.
a. Kelas
A 45 kg
s/d 50 kg Putra/Putri
b. Kelas B
di atas 50 kg s/d 55 kg Putra/Putri
c. Kelas C
di atas 55 kg s/d 60 kg Putra/Putri
d. Kelas D
di atas 60 kg
s/d 65 kg Putra/Putri
e. Kelas E
di atas 65 kg s/d 70 kg Putra/Putri
f.
Kelas F di atas 70 kg s/d 75 kg Putra/Putri
g. Kelas G
di atas 75 kg s/d 80 kg Putra
h. Kelas H
di atas 80 kg
s/d 85 kg Putra
i.
Kelas I di atas 85 kg s/d 90 kg Putra
j.
Kelas J di atas 90 kg s/d 95 kg Putra
4. Perlengkapan Gelanggang dan
Pertandingan
a.
Gelanggang
Gelanggang dapat di lantai dan dilapisi matras dengan tebal 5 cm, permukaan
rata dan tidak mematul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran
10 m x 10 m, disediakan oleh Komite Pelaksana. Gelanggang untuk kategori
tanding mengikuti ketentuan berikut ini.
1)
Gelanggang pertandingan terdiri atas bidang gelanggang berbentuk bujur sangkar
dengan ukuran 10m x 10m. Bidang tanding berbrntuk lingkaran dlam bidang
gelanggang dengan garis tengah 8m.
2) Batas
gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis berwarna putih selebar ± 5m
ke arah luar.
3) Pada
tengah-tengah bidang tanding dibuat lengkaran dengan garis tengah 3m, lebar
garis 5m berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
4) Sudut
pesilat adalah pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang
dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas
a. Sudut berwarna biru yang berada di ujung kanan meja pertandingan
b. Sudut berwarna merah yang berada di arah diagonal sudut
biru
c. Sudut berwarna putih, kedua sudut lainnya sebagai sudut netral
b.
Perlengkapan Gelanggang
Berikut ini perlengkapan gelanggang yang wajib disediakan oleh Komite
Pelaksana.
1) Meja dan Kursi pertandingan, serta meja easit dan juri
2) Formulir pertandingan dan alat tulis-menulis.
3) Jam pertandingan, gong (alatnya yang sejenis) dan
bel.
4) Lampu babak atau alat lainnya untuk menentukan babak serta lampu isyarat
sesuai dengan proses pertandingan yang berlangsung.
5) Bendera kecil warna merah dan biru, bertangkai, masing-masing dengan ukuran
30 cm x 30 cm untuk juri Tanding dan Bendera dengan ukuran yang sama kuning
untuk Pengamat waktu
6) Papan catatan waktu peragaan pesilat tunggal, ganda, dan regu
7) Tempat senjata
8) Papan nilai
9) Timbangan
10) Perlengkapan pengeras suara(sound system)
11) Ember dan Gelas plastik, kain pel, keset kaki.
12) Alat perekam suara/gambar, operator dan perlengkapannya (alat ini tidak
merupakan alat bukti yang sah dalam menentukan kemenangan)
13) Papan nama: Ketua Pertandingan, Dewan wasit Juri, Sekretaris pertandingan,
Juri sesuai dengan urutannya (I s/d V). Bila diperlukan istilah tersebut dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa lain yang dituliskan di bagian bawah
14) Scoring Board Digital
15) Perlengkapan lain yang diperlukan, misalnya dalam keadaan tertentu(penonton
terlalu ramai dan suara wasit tidak dapat di dengar oleh pesilat), maka
wasit dapat menggunakan pengeras suara(wireleess).
5. Ketentuan Bertanding Kategori
Tanding
a. Aturan
Bertanding
Berikut ini beberapa aturan
pertandingan.
1) Pesilat saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan pencak
silat. Yang dimaksud kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, sorang
pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang,
langkah, serta mengukur jarak terhadap lawan dan koordinasi dalam melakukan
serangan/ pembelaan serta kembali ke sikap pasang.
2) Pembelaan dan serangan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal/pasang
atau pola langkah serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan dan
pembelaan. Setelah melakukan serangan pembelaan harus kembali pada sikap
awal/pasang dan tetap menggunakan pola langkah. Wasit akan memberikan aba-aba
“langkah” jika seorang pesilat tidak melakukan teknik yang semestinya.
3) Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan
berbagai cara ke arah sasaran sebanyak-banyaknya empat jenis serangan. Pesilat
yang melakukan rangkaian serangan bela lebih dari empat jenis akan
diberhentikan oleh wasit.
4) Serangan sejenis dengan menggunakan tangan yang dilakukan secara beruntun
dinilai satu serangan. Serangan yang dinilai adalah serangan yang menggunakan
pola langkah, tidak terhalang mantap, bertenaga dan tersusun dalam koordinasi
teknik serangan yang baik.
b.
Aba-aba Pertandingan
Berikut ini jenis aba-aba dalam pertandingan pencak silat pada tahap tertentu
selama pertandingan.
1) Aba-aba
“bersedia”, digunakan dalam persiapan sebagai tanda bagi para pesilat dan
seluruh petugas pertandingan bahwa pertandingan akan segera dimulai.
2) Aba-aba
“Mulai”, digunakan setiap pertandingan dimulai dan akan dilanjutkan, bisa pula
dengan isyarat
3) Aba-aba
“berhenti”, digunakan untuk menghentikan pertandingan.
4) Aba-aba
“pasang” dan “silat”,digunakan untuk pembinaan.
c. Larangan
Larangan dapat dinyatakan sebagi pelanggaran berat atau pelanggaran ringan.
1) Pelanggaran berat
a) Menyerang bagian badan yang tidak sah yaitu leher, kepala, serta
bawah pusat hingga kemaluan dan mengakibatkan lawan cedera/jatuh.
b) Usaha mematahkan persendian secara langsung
c) Sengaja mematahkan persendian secara langsung
d) Membenturkan kepala dan menyerang dengan kepala.
e) Menyerang lawan sebelum aba-aba “mulai” dan menyerang sesudah aba-aba
“berhenti” dari wasit menyebabkan lawan cedera.
f) Menggumul, menggigit, mencakar, mencengkeram, dan menjambak
g) Menentang, menghina, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, meludahi, dll
h) Melakukan penyimpangan terhadap aturan bertanding setelah mendapat
peringatan I karena pelanggaran hal tersebut.
2) Pelanggaran Ringan
a) Tidak menggunakan pola langkah dan sikap pasang
b) Keluar dari gelanggang secara berturut, yang dimaksud dengan
berturut-turut adalah dari dua kali dalam satu babak.
c) Merangkul lawan dalam proses pembelaan.
d) Melakukan serangan dengan teknik sapuan sambil merebahkan diri berulang kali
dengan tujuan untuk mengulur waktu
Pesilat yang melakukan pelanggaran akan memperoleh hukuman berupa pengurangan
nilai dengan ketentuan berikut ini.
1) Nilai -1 (kurang 1)
diberikan bila pesilat mndapatkan Teguran I
2) Nilai -2 (kurang 2)
diberikan bila pesilat mendapatkan Teguran II
3) Nilai -5 (kurang 5)
diberikan bila pesilat mendapatkan Peringatan I
4) Nilai -10 (kurang
10) diberikan bila pesilat mendapatkan Peringatan II
d. Penilaian
Berikut ini ketentuan perolehan
nilai prestasi untuk pesilat
1) Nilai
1 Serangan dengan tangan yang masuk sasaran,
tanpa terhalang oleh tangkisan, hindaran, atau elakan lawan
2) Nilai
1+1 Tangkisan, hindaran, atau elakan yang berhasil membuahkan
serangan lawan, disusul langsung oleh serangan dengan tangan yang masuk pada
sasaran
3) Nilai 2
Serangan dengan kaki yang masuk pada sasaran,
tanpa terhalang oleh tangkisan, hindaran, atau elakan lawan
4) Nilai
1+2 Tangkisan, hindaran, atau elakan yang berhasil memusnahkan
serangan lawa, disusul langsung oleh serangan dengan kaki yang masuk pada
sasaran
5) Nilai
3 Teknik jatuhan yang berhasil menjatuhkan
lawan
6) Nilai
3+1 Tangkisan, hindaran, elakan, tangkapan yang memusnahkan
serangan lawan, disusul langsung oleh serangan dengan teknik jatuh yang
berhasil menjatuhkan lawan.
0 komentar:
Posting Komentar