Senin, 15 Desember 2014

PENCAK SILAT



Pencak silat atau silat adalah suatu seni bela diri yang berasal dari Asia Tenggara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu nusantara. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak,[rujukan?] misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11.[1] Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Si Pitung,[rujukan?] Hang Tuah,[2] dan Gajah Mada.[rujukan?]
Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur.[rujukan?] Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia.[rujukan?] Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005)[3] berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya. Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. [3] Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.[2]
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[4] yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini. Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama Pencak Silat yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau dipanggung dan dilapisi matras dengan tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur sangkar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
- Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3 babak yang setiap babak terdiri dari 2 menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya diberikan waktu istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah bagian tubuh kecuali leher ke atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan pinggang kiri serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
KONI Pusat
National Olympic Committee of Indonesia

Standar Kompetensi :
Mempraktikkan keterampilan permainan olahraga dengan peraturan dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

Kompetensi Dasar :
6.4    Mempraktikkan keterampilan bela diri secara berpasangan dengan menggunakan peraturan yang sebenarnya serta nilai kerjasama, kejujuran, menerima kekalahan, kerja keras, dan percaya diri

Teknik Serangan Kaki
•         Tendangan
       a. Tendangan Lurus    
               Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya pangkal jari-jar bagian dalam, dengan sasaran ulu hati dan dagu.
       b. Tendangan Tusuk
           Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya ujung jari-jari kaki, dengan sasaran kemaluan dan ulu hati.
       c. Tendangan Kepret
           Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan mengahadap ke depan, dengan kenaannya punggung kaki, dengan sasaran kemaluan.
       d. Tendangan Jejag
           Serangan yang menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasan ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, dengan kenaannya telapak kaki penuh, sifatnya mendorong, dengan sasaran dada.
       e. Tendangan Gajul
           Serangan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya ke arah depan dengan posisi badan menghadap ke depan, kenaannya tumit dari arah bawah ke atas, dengan sasaran dagu dan ulu hati.
       f. Tendangan T
          Serangan menggunakan sebelah kaki dan tungkai, lintasannya lurus ke depan dan kenaannya pada tumit, telapak kaki dan sisi luar telapak kaki, posisi lurus, biasanya digunakan untuk serangan samping, dengan sasaran seluruh bagian tubuh.
      g. Tendangan Celorong
          Tendangan T dengan posisi merebahkan badan dengan sasaran lutut dan kemaluan
      h. Tendangan Belakang
          Tendangan sebelah kaki dan tungkai dengan lintasan lurus ke belakang tubuh (membelakangi lawan), dengan sasaran seluruh bagian tubuh
      i. Tendangan Kuda
         Tendangan dua kaki menutup atau membuka, lintasannya lurus ke belakang tubuh, dengan sasaran seluruh bagian tubuh
      j. Tendangan Taji
         Tendangan dengan sebelah dan tungkai, dengan kenaan tumit yang lintasannya ke arah belakang dengan sasaran kemaluan
     k. Tendangan Sabit
         Tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke dalam dengan sasaran seluruh bagian tubuh, dengan punggung telapak atau jari telapak kaki.
     l. Tendangan Baling
        Tendangan melingkar ke arah luar dengan kenaannya tumit luar dan posisi tubuh berputar.
    m. Hentak Bawah
         Serangan menggunakan telapak kaki menghadap keluar, dilaksanakan dengan posisi badan direbahkan, bertujuan untuk mematahkan persendian kaki.
     n.  Gejig
          Serangan yang menggunakan sebelah kaki, dengan tujuan mematahkan.

2. Sapuan
   Sapuan dibedakan menjadi empat jenis berikut ini :
   a. Sapuan Tegak
        Serangan menyapu kaki dengan kenaannya telapak kai ke arah bawah mata kaki, lintasannya dari luar ke dalam, bertujuan menjatuhkan.
   b. Sapuan Rebah
        Serangan menyapu kaki dengan cara merebahkan diri bertujuan menjatuhkan, bisa dengan sampuan rebah belakang.
   c. Sabetan
       Serangan menjatuhkan lawan dengan kenaan tulang kering ke sasaran betis dengan lintasan dari luar ke dalam
   d. Beset
       Serangan menjatuhkan lawan dengan alat penyasar betis.

3. Dengkulan
      Dengkulan adalah serangan yang menggunakan lutut/dengkul sebagai alat penyerangan, dengan sasaran kemaluan, dada, dan pinggang belakang. Dengkulan terdiri atas tiga jenis.
    a. Dengkulan depan
          Serangan dengan dengkulan, lintasan dari atas ke bawah, dengan sasaran dada dan kemalua.
    b. Dengkulan samping dalam
          Lintasannya seperti busur dari luar ke dalam dengan sasaran ke arah dada.
    c. Dengkulan Samping Luar
          Lintasan dari dalam kke luar, dengan sasaran perut

4. Guntingan
          Guntingan adalah teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menjepit kedua tungkai kaki pada sasaran leher, pinggang, atau tungkai lawan sehingga lawan jatuh. Guntingan dibedakan menjadi guntingan luar dan guntingan dalam.

B. Peraturan Pertandingan Pencak Silat
        Dalam praktik di lapangan, pesilat dari suatu perguruan dengan teknik bela diri bagus belum tentu menjadi pemenang dalam pertandingan pencak silat kategori tanding. Salah satu faktor penyebabnya adalah atlet dan pelatih kurang menguasai peraturan pertandingan sehingga ia kecolongan dalam pengumpulan nilai atau didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran berat, misalnya menyerang daerah terlarang.

        Hal seperti ini yang seringkali menimbulkan kesalahpahaman antara pesilat/pelatih dengan wasit/ juri. Sering terjadi pesilat mengajukan protes karena merasa yakin bahwa seharusnya ia yang menang, sedangkan juri menyatakan ia kalah. Peristiwa ini sebenarnya dapat dihindari jika semua pihak di kalangan persilatan memahami sekali peraturan pertandingan pencak silat yang berlaku.

•         Penggolongan Pertandingan dan Ketentuan tentang Umur.
     Berikut ini penggolongan pertandingan pencak silat menurut umur dan jenis kelamin untuk semua kategori.
     a. Pertandingan Golongan Remaja untuk Putra dan Putri, Berumur di atas 14       tahun s/d 17 tahun
     b. Penggolongan Golongan Dewasa                 untuk Putra dan Putri, berumur di atas 17 tahun s/d 35 tahun

2. Kategori dan Kelas Pertandingan Remaja
      Berikut ini kategori dan kelas pertandingan untuk remaja nomor tanding putra/putri.
      a. Kelas A               39 kg s/d 42 kg
      b. Kelas B di atas    42 kg s/d 45 kg
      c. Kelas C di atas    45 kg s/d 48 kg
      d. Kelas D di atas   48 kg s/d 51 kg
      e. Kelas E di atas    51 kg s/d 54 kg
       f. Kelas F di atas    54 kg s/d 57 kg
      g. Kelas G di atas   57 kg s/d 60 kg
      h. Kelas H di atas    60 kg s/d 63 kg
       i. Kelas  I  di atas   63 kg s/d 66 kg
      Demikian seterusnya dengan selisih 3 kg sebanyak-banyaknya12 kelas untuk putra dan 8 kelas untuk putri.

3. Kategori dan Kelas Pertandingan Dewasa
     Berikut ini kategori dan kelas pertandingan untuk remaja nomor tanding putra/putri.
     a. Kelas A             45 kg s/d 50 kg Putra/Putri
     b. Kelas B di atas 50 kg s/d 55 kg Putra/Putri
     c. Kelas C di atas 55 kg s/d 60 kg Putra/Putri
     d. Kelas D di atas            60 kg s/d 65 kg Putra/Putri
     e. Kelas E di atas 65 kg s/d 70 kg Putra/Putri
      f. Kelas F di atas 70 kg s/d 75 kg Putra/Putri
     g. Kelas G di atas 75 kg s/d 80 kg Putra
     h. Kelas H di atas            80 kg s/d 85 kg Putra
      i. Kelas I  di atas  85 kg s/d 90 kg Putra
      j. Kelas J di atas  90 kg s/d 95 kg Putra
  
4. Perlengkapan Gelanggang dan Pertandingan
     a. Gelanggang
          Gelanggang dapat di lantai dan dilapisi matras dengan tebal 5 cm, permukaan rata dan tidak mematul, boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 10 m x 10 m, disediakan oleh Komite Pelaksana. Gelanggang untuk kategori tanding mengikuti ketentuan berikut ini.
     1) Gelanggang pertandingan terdiri atas bidang gelanggang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10m x 10m. Bidang tanding berbrntuk lingkaran dlam bidang gelanggang dengan garis tengah 8m.
     2) Batas gelanggang dan bidang tanding dibuat dengan garis berwarna putih selebar ± 5m ke arah luar.
     3) Pada tengah-tengah bidang tanding dibuat lengkaran dengan garis tengah 3m, lebar garis 5m berwarna putih sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
     4) Sudut pesilat adalah pada sudut bujur sangkar gelanggang yang berhadapan yang dibatasi oleh bidang tanding terdiri atas
         a. Sudut berwarna biru yang berada di ujung kanan meja pertandingan
         b. Sudut berwarna merah yang berada di arah diagonal sudut biru
         c. Sudut berwarna putih, kedua sudut lainnya sebagai sudut netral

     b. Perlengkapan Gelanggang
         Berikut ini perlengkapan gelanggang yang wajib disediakan oleh Komite Pelaksana.
         1) Meja dan Kursi pertandingan, serta meja easit dan juri
         2) Formulir pertandingan dan alat tulis-menulis.
         3) Jam pertandingan, gong (alatnya yang sejenis) dan bel.         
         4) Lampu babak atau alat lainnya untuk menentukan babak serta lampu isyarat sesuai dengan proses pertandingan yang berlangsung.
         5) Bendera kecil warna merah dan biru, bertangkai, masing-masing dengan ukuran 30 cm x 30 cm untuk juri Tanding dan Bendera dengan ukuran yang sama kuning untuk Pengamat waktu
         6) Papan catatan waktu peragaan pesilat tunggal, ganda, dan regu
         7) Tempat senjata
         8) Papan nilai
         9) Timbangan
        10) Perlengkapan pengeras suara(sound system)
         11) Ember dan Gelas plastik, kain pel, keset kaki.
         12) Alat perekam suara/gambar, operator dan perlengkapannya (alat ini tidak merupakan alat bukti yang sah dalam menentukan kemenangan)
         13) Papan nama: Ketua Pertandingan, Dewan wasit Juri, Sekretaris pertandingan, Juri sesuai dengan urutannya (I s/d V). Bila diperlukan istilah tersebut dapat diterjemahkan ke dalam bahasa lain yang dituliskan di bagian bawah
         14) Scoring Board Digital
         15) Perlengkapan lain yang diperlukan, misalnya dalam keadaan tertentu(penonton terlalu ramai dan suara wasit tidak dapat  di dengar oleh pesilat), maka wasit dapat menggunakan pengeras suara(wireleess).

5. Ketentuan Bertanding Kategori Tanding
     a. Aturan Bertanding
             Berikut ini beberapa aturan pertandingan.
            1) Pesilat saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan pencak silat. Yang dimaksud kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, sorang pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, langkah, serta mengukur jarak terhadap lawan dan koordinasi dalam melakukan serangan/ pembelaan serta kembali ke sikap pasang.
            2) Pembelaan dan serangan yang dilakukan harus berpola dari sikap awal/pasang atau pola langkah serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan dan pembelaan. Setelah melakukan serangan pembelaan harus kembali pada sikap awal/pasang dan tetap menggunakan pola langkah. Wasit akan memberikan aba-aba “langkah” jika seorang pesilat tidak melakukan teknik yang semestinya.
          3) Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah sasaran sebanyak-banyaknya empat jenis serangan. Pesilat yang melakukan rangkaian serangan bela lebih dari empat jenis akan diberhentikan oleh wasit.
          4) Serangan sejenis dengan menggunakan tangan yang dilakukan secara beruntun dinilai satu serangan. Serangan yang dinilai adalah serangan yang menggunakan pola langkah, tidak terhalang mantap, bertenaga dan tersusun dalam koordinasi teknik serangan yang baik.

     b. Aba-aba Pertandingan
                   Berikut ini jenis aba-aba dalam pertandingan pencak silat pada tahap tertentu selama pertandingan.
     1) Aba-aba “bersedia”, digunakan dalam persiapan sebagai tanda bagi para pesilat dan seluruh petugas pertandingan bahwa pertandingan akan segera dimulai.
     2) Aba-aba “Mulai”, digunakan setiap pertandingan dimulai dan akan dilanjutkan, bisa pula dengan isyarat
     3) Aba-aba “berhenti”, digunakan untuk menghentikan pertandingan.
     4) Aba-aba “pasang” dan “silat”,digunakan untuk pembinaan.

     c. Larangan
         Larangan dapat dinyatakan sebagi pelanggaran berat atau pelanggaran ringan.
         1) Pelanggaran berat
             a) Menyerang bagian badan yang tidak sah yaitu leher, kepala, serta bawah pusat hingga kemaluan dan mengakibatkan lawan cedera/jatuh.
            b) Usaha mematahkan persendian secara langsung
            c) Sengaja mematahkan persendian secara langsung
            d) Membenturkan kepala dan menyerang dengan kepala.
            e) Menyerang lawan sebelum aba-aba “mulai” dan menyerang sesudah aba-aba “berhenti” dari wasit  menyebabkan lawan cedera.
            f)  Menggumul, menggigit, mencakar, mencengkeram, dan menjambak
            g) Menentang, menghina, mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, meludahi, dll
            h) Melakukan penyimpangan terhadap aturan bertanding setelah mendapat peringatan I karena pelanggaran hal tersebut.
        2) Pelanggaran Ringan
            a) Tidak menggunakan pola langkah dan sikap pasang
            b) Keluar dari gelanggang secara berturut, yang dimaksud  dengan berturut-turut adalah dari dua kali dalam satu babak.
            c) Merangkul lawan dalam proses pembelaan.
            d) Melakukan serangan dengan teknik sapuan sambil merebahkan diri berulang kali dengan tujuan untuk mengulur waktu
  
            Pesilat yang melakukan pelanggaran akan memperoleh hukuman berupa pengurangan nilai dengan ketentuan berikut ini.
   1) Nilai -1 (kurang 1) diberikan bila pesilat mndapatkan Teguran I
   2) Nilai -2 (kurang 2) diberikan bila pesilat mendapatkan Teguran II
   3) Nilai -5 (kurang 5) diberikan bila pesilat mendapatkan Peringatan I
   4) Nilai -10 (kurang 10) diberikan bila pesilat mendapatkan Peringatan II

   d. Penilaian
             Berikut ini ketentuan perolehan nilai prestasi untuk pesilat
     1) Nilai 1       Serangan dengan tangan yang masuk sasaran, tanpa terhalang oleh tangkisan, hindaran, atau elakan lawan
     2) Nilai 1+1   Tangkisan, hindaran, atau elakan yang berhasil membuahkan serangan lawan, disusul langsung oleh serangan dengan tangan yang masuk pada sasaran
     3) Nilai 2       Serangan dengan kaki yang masuk pada sasaran, tanpa terhalang oleh tangkisan, hindaran, atau elakan lawan
     4) Nilai 1+2   Tangkisan, hindaran, atau elakan yang berhasil memusnahkan serangan lawa, disusul langsung oleh serangan dengan kaki yang masuk pada sasaran
     5) Nilai 3       Teknik jatuhan yang berhasil menjatuhkan lawan
     6) Nilai 3+1   Tangkisan, hindaran, elakan, tangkapan yang  memusnahkan serangan lawan, disusul langsung oleh serangan dengan teknik jatuh yang berhasil  menjatuhkan lawan.

0 komentar:

Posting Komentar